BelajarEnergi.com – Energi yang biasanya dipakai di masyarakat adalah energi listrik. Energi listrik berasal dari suatu sumber yang dinamakan pembangkit listrik. Pembangkit listrk saat ini masih didominasi oleh bahan bakar Fosil. Pembakaran Fosil sendiri mempunyai kekurangan pada saat dibakar, yaitu akan menghasilkan gas rumah kaca yang menyebabkan peningkatan suhu di bumi dan juga pemanasan global. Kita umat manusia harus memikirkan solusi apa yang sekiranya bisa menjadi pengganti pembangkit listrik tanpa mengurangi jumlah energi yang kita gunakan. Energi surya bisa menjadi salah satu solusi. Sekarang, mari kita ulas tentang energi surya.
Apa itu Energi Surya?
Energi surya adalah energi yang bersumber langsung dari sinar dan panas matahari. Matahari sendiri merupakan sumber energi yang berjumlah besar dan tidak akan habis. Para pengguna energi surya tidak membutuhkan pembakaran sehingga tidak menimbulkan atau menghasilkan gas buang berupa gas rumah kaca. Energi ini juga merupakan sumber alternatif energi yang bisa di pakai untuk mangatasi krisis energi. Teknologi yang di pakai untuk mengolah energi ini pun sudah banyak kita temukan. Di Indonesia, potensi energi surya cukup besar, yaitu 207.800 MW atau 4,80 kWh/m2/hari.
Namun, cukup disayangkan karena yang dimanfaatkan baru sekitar 150 MW atau 0,07% dari total potensi yang ada. Karena itu, pemerintah sudah mengeluarkan Roadmap untuk pemanfaatan energi surya dan memberikan target PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) sampai tahun 2025 sebesar 6,5 GW. Ini merupakan ikhtiar dari pemerintah untuk menjalankan komitment indonesia pada Paris Agreement dan upaya pecapaian SDGs ( Sustainable Development Goals). Saat ini pengembangan PLTS di indonesia telah mempunyai basis yang cukup kuat dari sisi aspek kebijakan. Namun pada pengaplikasiannya. Pemanfaatan tersebut belum di lakukan secara optimal.
Baca juga: Wow! Indonesia Kaya Potensi Energi Baru Terbarukan hingga 508 GW!
Jika dibicarakan secara teknologi, Indonesia baru mampu melakukan di tahap hilir. Tugasnya yaitu memproduksi modul surya dan mengintegrasikannya ke PLTS. Di sisi lain, sel suryanya tersebut masih impor. Padahal, sel surya itu merupakan komponen paling vital pada sistem dari PLTS tersebut. Isu penting dari pengembangan sel surya yaitu harga yang masih cukup tinggi. Untuk itu, penelitian dan pengembangan teknologi untuk menunjang pembuatan sel surya terus dilakukan. Upaya tersebut merupakan usaha untuk menurunkan harga dari produksi sel surya agar masyarakat sesegera mungkin beralih dari energi fosil ke energi yang lebih ramah lingkungan.
Jika dilihat posisi daerah-daerah yang ada di Indonesia. Masih sekitar 50 – 60% daerah yang belum teraliri listrik. Dan daerah tersebut adalah daerah yang posisinya jauh dan terpelosok dari sumber pembangkit listrik. PLTS merupakan salah satu solusi untuk dibangun guna mengaliri listrik ke daerah-daerah yang belum teraliri. Tahun 2005 – 2025 perencanaan pemerintah untuk menyediakan 1 juta Solar Home System dengan kapasitas 50 Wp untuk masyarakat yang mempunyai penghasilan menengah kebawah dan 345.5 MWp PLTS untuk daerah-daerah terpelosok. Sampai saat ini hingga 2025, PLTS yang akan terpasang berkapasitas 6,5 GW.
Kementerian ESDM pada tahun 2015 juga telah membuat Peta Potensi Energi Surya (Gambar 1). Pada peta tersebut menunjukkan bahwa di daerah pesisir, banyak yang ditandai dengan warna kemerahan yang memiliki nilai 4,81 – 5,27 Kwh/m2/hari. Hal ini menunjukkan bahwa pulau-pulau di Indonesia dengan wilayah pesisirnya memiliki potensi energi surya yang sangat besar untuk dimanfaatkan.
Pemanfaatan Energi Surya
Pemanfaatan energi surya sendiri mempunyai berbagai macam cara. Tumbuh-tumbuhan mengubah energi sinar matahari menjadi energi kimia dengan menggunakan metode fotosintetis. Tenaga matahari mempunyai dua tipe dasar, yaitu fotovoltaik dan termal. Untuk pemanfaatan potensi energi surya, terdapat 2 (dua) macam teknologi yang sudah di terapkan. Yaitu :
- Teknologi energi surya fotovoltaik.
Teknologi energi ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik, televisi, lemari pendingin, dan lain-lain.
2. Teknologi energi surya termal,
Teknologi energi ini umumnya dipakai untuk memasak (kompor surya), mengeringkan hasil pertanian dan memanaskan air.
Teknologi Energi Surya Fotovoltaik
Sistem Energi Surya Fotovoltaik (SESF) merupakan salah satu cara untuk menyediakan energi listrik alternatif yang bisa di lakukan secara massal pada saat ini. SESF merupakan istilah yang sudah di bakukan oleh pemerintah guna mengidentifikasi sistem pembangkit energi yang memanfaatkan energi dari matahari dengan menggunakan teknologi fotovoltaik. Jika dibandingkan, SESF mempunyai kesan yang lebih rumit dibandingkan daripada energi listrik konvensional pada umumnya. Namun, setelah 15 tahun berjalan di beberapa daerah di indonesia, pengoperasiannya malah lebih mudah dan juga tidak memerlukan biaya yang banyak untuk pemeliharaannya. Karenanya. Itu menjadikan SESF mampu bersaing dengan teknologi konvensional di sebagian besar wilayah Negara Indonesia. Di sisi lain, SESF juga merupakan teknologi yang ramah lingkungan dan bersih.
Komponen utama pada sistem energi surya fotovoltaik adalah sel fotovoltaik yang bisa mengubah penyinaran matahari menjadi listrik secara langsung (Direct Conversion).
Teknologi Energi Surya Termal
Pemanfaatan energi surya termal selama ini masih terus dilakukan secara tradisional. Petani dan nelayan di Indonesia memanfaatkan energi surya tersebut untuk mengeringkan ikan dan hasil bertaninya secara langsung.
Berikut ini merupakan peralatan yang sudah menggunakan energi dari surya termal :
1. pengeringan pasca panen
2. pemanas air domestic
3. oven
4. pompa air (dengan siklus rankine dan fluidda kerja isopentane)
5. penyuling air
6. pendingin (radiatif, absorpso, evaporasi, termoelektrik, kompressif, tipe jet)
7. sentrilisator surya pembangkit listrik dengan menggunakan konsentrator dan fluida kerja dengan titik didih rendah.
Peluang Pemanfaatan Energi Surya Termal
Prospek dari teknologi energi ini cukup besar, terutama untuk mendukung petani untuk meningkatkan kualitas sesudah panen pada komoditi pertanian. Bisa juga di manfaatkan untuk bangunan komersial atau perumahan yang terletak di kota-kota besar.
Pemanfaatan yang dapat di lakukan di sektor pemasyarakatan antara lain :
1. industri, khususnya argo-industri dan industri pedesaan. Untuk melaksanakan penanganan hasil-hasil pasca panen pada komoditi pertanian, yaitu pengeringan (komoditi pangan, perkebunan, perinakan/pertenakan, kayu olahan) dan juga pendinginan (ikan, buah, dan sayuran)
2. bangunan-bangunan komersial atau perkantoran. Yaitu untuk pengkondisian ruangan (Solar Passive Building, AC) dan pemanas air.
3. Rumah tangga, seperti pemanas air, oven, rice cooker.
4. Puskesmas terpencil, yaitu utuk sterilisator, refrigerator, vaksin dan pemanas air.
Demikianlah sedikit pembahasan tentang energi surya. Cukup disayangkan apabila kita tidak bisa melihat potensi energi tersebut di Indonesia. Didukung juga dengan letak geografis Indonesia, menjadikan potensi energi ini kita terlihat cukup besar. Selain itu, energi ini mampu menyediakan kebutuhan untuk konsumen energi dunia untuk kurun waktu yang lebih lama. Pemanfaatan dan pengoptimalan dari energi surya ini semoga bisa dilakukan secara optimal dan semoga juga didukung oleh kebijakan pemerintah yang harus mengutamakan rakyat kecil dan energi yang ramah lingkungan.
Penulis: Muchamad Raffi Akbar
Editor: Riko Susetia Yuda
Artikel Terkait
Pengertian Coal Bed Methane: Review dan Tantangan di Indonesia Cadangan Mencapai 574 Tcf (sekitar 12,82 triliun m3)
PLTU Sintang Sukses Operasional 100% Biomassa, PLN Indonesia Power Menjadi Pelopor Transisi Energi
Potensi 2024: CBM untuk Mengatasi Defisit Gas dan Meningkatkan Ketahanan Energi