Konsumsi energi di seluruh dunia sampai dengan saat ini masih sangat tinggi dan akan terus meninggi. Hal itu sejalan dengan terus bertambahnya penduduk yang ada di muka bumi ini. Maka dari itu, inovasi-inovasi terus di kembangkan oleh berbagai kalangan. Mulai dari para ilmuwan, mahasiswa, sampai dengan masyarakat itu sendiri. Fokus yang dilakukan di Indonesia adalah bagaimana mencari sumber energi untuk dipakai menjadi bahan dasar kendaraan salah satunya adalah baterai. Tentu untuk mengurangi jumlah import minyak tersebut.
Baca juga: Cadangan Minyak Bumi Tersisa 11 Tahun, Haruskah Indonesia Terus Bergantung?
Baterai merupakan solusi dari permasalahan tersebut. Negara yang kaya akan sumber dayanya menyimpan seluruh sumber yang dibutuhkan untuk membuat sebuah baterai. Melihat dari komposisi cadangannya, Indonesia berpotensi untuk menjadi “pemain” besar dalam industry baterai di seluruh dunia. Untuk itu mari kita kenal lebih dekat mengenai baterai dengan segala potensinya yang ada di Indonesia.
BATERAI
Dikutip dari Encyclopedia Britannica , Baterai adalah sel elektrokimia yang mengubah energi kimia langsung menjadi energi listrik. Baterai mengalirkan energi listrik dari potensial tinggi ke potensial rendah untuk menghidupi suatu alat elektronik. Fungsinya sendiri adalah baterai dapat menyimpan energi listrik dalam bentuk cairan kimia. Setelah itu, baterai akan mengubahnya menjadi energi listrik. Umumnya baterai mempunyai 2 jenis yaitu Baterai Primer dan Baterai Sekunder.
Baterai primer merupakan baterai yang hanya dapat di pakai satu kali saja. Mengapa hal itu dapat terjadi, karena reaksi kimianya mempunyai sifat irreversible atau tidak dapat di balikkan. Yang kedua adalah Baterai Sekunder. Baterai Sekunder adalah baterai yang bisa di pakai berkali-kali atau dapat diisi ulang. Hal tersebut dapat terjadi disebabkan reaksi elektrokimia dalam baterai bersifat reversible (bolak-balik).
Baterai mempunyai prinsip. Yaitu prinsip pengisian dan prinsip pengosongan. Yang di maksud dari prinsip pengisian adalah alur konversi energi listrik untuk di simpan kebentuk energi kimia. Dalam pengisiannya, baterai yang telah digunakan akan diisi ulang energi kimianya sehingga dapat menghasilkan energi listrik Kembali. Sedangkan prinsip pengosongan merupakan alur konversu energi kimia menjadi energi listrik. Saat pengosongan, energi kimia akan dipecah menggunakan cara elektrokimia menjadi energi listrik.
KEBIJAKAN
Saat ini, Indonesia terus menerus menghadapi masalah dalam penyediaan sumber energinya. Salah satu yang menjadi masalah adalah terus terjadinya import minyak dari luar kedalam negeri. Untuk itu, pemerintah terus mencari jalan keluar terkait dengan permasalahan tersebut. Solusi yang ditemui adalah mengganti peran BBM yang tadinya di fungsikan sebagai bahan bakar kendaraan menjadi energi listik. Jika kendaraan memakai energi listrik sebagai bahan bakarnya, maka kendaraan tersebut perlu yang Namanya baterai. Baterai dalam hal ini mempunyai fungsi untuk menyimpan sekaligus mengalirkan energi listrik tersebut guna menjalankan kendaraanya. Atas solusi itu, pemerintah mendukung penuh lewat kebijakan maupun dukungan secara langsung terhadap penyediaan-penyediaan inovasi dari baterai maupun konsep kendaraanya.
Secara dampak, jika memang Indonesia beralih memakai energi listrik sebagai bahan bakar utamanya, akan mendapatkan benefit setidaknya dari dua sektor. Pertama dari sektor lingkungan, dengan memakai energi listrik sebagai bahan bakar utamanya. Jelas akan sangat berdampak terhadap kesehatan lingkungan. Selama ini, polusi masih menjadi permasalahan yang paling terlihat di Ibu Kota Jakarta. Dengan memakai energi listrik, hal tersebut setidaknya akan berkurang sehingga mempengaruhi kualitas lingkungan.
Kedua adalah sektor ekonomi. Indonesia memiliki sumber daya yang dapat digunakan sebagai bahan bahan dasar dalam pembentukan baterai. Sumber daya yang dimaksud adalah nikel. Dilansir dari website carmudi.co.id di tahun 2019 produksi nikel dunia mencapai 2.668.000 ton Ni. Indonesia menyumbang 800.000 ton Ni. Dari catatan tersebut kita dapat melihat bagaimana Indonesia sangat berpotensi untuk menjadi pemain besar dalam pasar industry baterai di dunia. Maka dari itu, sudah selayaknya pemerintah mendukung dan memberikan segala macam upaya agar perindustrian tersebut dapat berjalan dengan baik dan memberikan profit yang bagus untuk Indonesia.
Implementasi dalam mencapai hal-hal tersebut, pemerintah sudah menerbitkan Perpres No.55/2019 tentang percepatan program kendaraan bermotor listik berbasis baterai untuk transportasi. Implementasi tersebut dilakukan dengan mengembangkan industrik kendaraan bermotor listrik berbasis baterai, insentif, dan pembangunan infrastruktur pengisian baterai. Ekosistem yang sangat sudah mendukung semestinya menjadi batu lonjakan agar perindustrian baterai bisa mencapai kesuksesan.
Dilansir dari databoks.katadata.co.id Indonesia memiliki cadangan yang dapat mendukung keberadaan industry baterai. Cadangan tersebut berupa Alumunium (1,2 Miliar ton), Tembaga (51 Juta ton), Mangan (43 Juta ton), Nikel (21 Juta ton). Dalam pengerjaanya, sudah banyak perusahaan yang menggelontorkan dukungannya. Dilansir oto.detik.com ada PT. QMB New Energy Minerals, PT. Halmahera Persada Lygend, PT. International Chemical Industry. Selain itu, pemerintah juga membentuk tim agar tercapainya hal tersebut. Ada PT. Antam, PT. PLN, PT.Pertamina.
Melihat perkembangan industri baterai yang sangat pesat. Tentu negara-negara lain pun tidak tinggal diam untuk mengambil tindakan agar mereka dapat juga menjadi pemain dalam perindustrian baterai tersebut. Berbagai macam cara di lakukan. Mulai dari menjajakan kerjasama dengan negara lain ataupun memanfaatkan sumber daya yang mereka punya. Jika melihat perkembangan saat ini, kita ambil contoh bahwa perusahaan asal korea SK Innovation lewat anak perusahaan SK IE Technology membangun pabrik separator baterai di Polandia.
Perusahaan tersebut berinvestasi sejumlah 1,13 triliun won. Pabrik yang dibangun tersebut merupakan pabrik separator baterai ketiga dan keempat eropa yang berlokasi di silesia, Polandia. Pabrik tersebut mempunyai kapasitas produksi 430 juta m2. Karenannya, SK IE Technology sangat mampu untuk memproduksi total separator sebanyak 1,54 miliar m2 per tahunnya. Dan juga akan menggabungkan kapasistas produksi 680 juta m2 dari pabrik 1 dan 2 yang ada sebelumnya. Tak lain dan tak bukan alasan perusahaan tersebut cukup berani berinvestasi dengan jumlah yang besar adalah industri baterai EV yang berkembang sangat pesat.
Kebijakan Pemerintah Indonesia
Indonesia pun tak ingin kalah dalam perkembangan industri baterai di Indonesia. Dalam keterangannya. Melalui Kementerian Investasi Pak Bahlil Lahadalila. Mengatakan pembangunan pabrik baterai kendaraaan listrik di Indonesia rencananya akan dibangun di dua lokasi. Maluku Utara dan Batang, Jawa Tengah. Pengembangan baterai kendaraan listrik secara terintegrasi dari hulu hingga ke hilir tersebut akan di lakukan oleh konsorium BUMN. Yaitu, Mining and Industri Indonesia (MIND ID), PT Pertamina (persero), PT PLN (Persero), dan PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. bersama minta investor asing.
Dalam pelaksanaannya. Febuari 2021 sudah mulai action untuk tahap pertama. Pembangunan pabrik baterai pun akan di percepat karena dalam kebutuhannya, komponen dari kendaraan listrik 50 – 60 persennya merupakan baterai. Yang menarik, perencanaan pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik akan menjadi nyata ketika 2 perusahaan produsen baterai kelas dunia asal china dan korea selatan yakni Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL) dan LG Chem Ltd. tertarik untuk berinvestasi baterai di Indonesia dengan nilai proyek mencapai US$ 20 miliar atau setara dengan Rp.296 Triliun. Waktu pembangunan adalah sekitar 2-3 tahun akan selesai.
Penulis: Muchamad Raffi Akbar
Editor: Riko Susetia Yuda
Artikel Terkait
Pengertian Coal Bed Methane: Review dan Tantangan di Indonesia Cadangan Mencapai 574 Tcf (sekitar 12,82 triliun m3)
PLTU Sintang Sukses Operasional 100% Biomassa, PLN Indonesia Power Menjadi Pelopor Transisi Energi
Potensi 2024: CBM untuk Mengatasi Defisit Gas dan Meningkatkan Ketahanan Energi