September 6, 2024

Belajar Energi

BelajarEnergi.com – Belajar Energi adalah Hak Segala Bangsa

Cadangan Batubara Indonesia Terbesar ke-5 di Dunia dan Pemanfaatannya Saat Ini Belajar Energi

Cadangan Batubara Indonesia Terbesar ke-5 di Dunia dan Pemanfaatannya Saat Ini


BelajarEnergi.com – Batubara adalah batuan sedimen yang terdiri atas lebih dari 80% material organik (Cook & Sherwood, 1991). Batubara ini memiliki ciri-ciri berwarna hitam, memiliki butiran yang halus, dan umumnya berlapis-lapis. Batubara secara geologis terbentuk sejak 300 juta tahun yang lalu akibat adanya akumulasi sisa-sisa tumbuhan darat pada lingkungan pengendapan yang reduktif seperti rawa-rawa, delta, pematang pantai dan pesisir. Seiring berjalannya waktu, endapan sedimen rawa tersebut akan mengalami pembebanan karena semakin banyaknya sedimen yang terakumulasi. Akibat dari suhu dan tekanan pembebanan tersebut, maka akan terbentuk gambut. Gambut tersebut kemudian akan berkembang menjadi batubara akibat dari suhu dan tekanan pembebanan yang semakin tinggi.

Jenis-Jenis Batubara

Batubara dibagi menjadi empat jenis berdasarkan peringkat (tingkat kematangan) yaitu dimulai dari lignit, subbituminus, bituminus, dan antrasit (Gambar 1). Lignit atau biasa disebut batubara cokelat (brown coal) memiliki prosentase unsur karbon yang paling kecil yang mana terdiri dari 60-71% kandungan karbon. Lignit merupakan batubara termuda yang mengalami suhu dan tekanan pembebanan paling sedikit. Umumnya ditemukan pada lapisan paling atas dari tambang batubara yang dibuka. Lignit terbentuk pada kedalaman di bawah 1.500 meter dengan suhu antara 26-43oC. Batubara ini memiliki nilai kalor sebesar 23.000 kJ/kg.

Batubara subbituminus memiliki ciri berwarna hitam pudar (tidak mengkilap) dengan kandungan karbon 71-77%. Subbituminus terbentuk pada kedalaman 1.500-2130 meter dengan suhu antara 43-80oC. Batubara ini memiliki nilai kalor sebesar 29.300 kJ/kg.

Batubara bituminus memiliki ciri berwarna hitam mengkilap dengan kandungan karbon 77-87%. Bituminus terbentuk pada kedalaman 2130-5940 meter dengan suhu antara 80-177oC. Batubara ini memiliki nilai kalor sebesar 36.250 kJ/kg.

Batubara antrasit memiliki ciri berwarna hitam sangat mengkilap dan keras dengan kandungan karbon 77-87%. Bituminus terbentuk pada kedalaman lebih dari 5940 meter dengan suhu lebih dari 177oC. Batubara ini memiliki nilai kalor terbesar yaitu lebih dari 36.250 kJ/kg.

Peringkat batubara (www.ourworldofenergy.com, 2018)
Gambar 1. Peringkat batubara (www.ourworldofenergy.com, 2018)

Sumberdaya dan Cadangan Batubara Indonesia

Menurut data Kementerian ESDM (2019), Indonesia memiliki cadangan batubara terbesar ke-5 di dunia yaitu sebesar 39,9 milyar ton. Adapun cadangan tersebut meningkat dari tahun 2018 yaitu sebesar 37,87 milyar ton (Gambar 2). Selain itu, sumberdaya batubara Indonesia diperkirakan sekitar 164,46 milyar ton, sedangkan batubara bawah permukaan adalah 43,08 milyar ton. Sebaran cadangan batubara permukaan terbesar berada di pulau Kalimantan dengan cadangan terbukti sebesar 14,28 milyar ton dan terkira sebesar 9,99 milyar ton. Kemudian diikuti oleh pulau Sumatera dengan cadangan terbukti sebesar 6,24 milyar ton dan cadangan terkira sebesar 7,36 milyar ton. Adapun klasifikasi batubara Indonesia berdasarkan kalori didominasi oleh kalori sedang dengan jumlah 100,80 milyar ton, diikuti oleh kalori rendah sebesar 48,24 milyar ton, kalori tinggi sebesar 12,28 milyar ton, dan kalori sangat tinggi sebesar 3,14 milyar ton.

Sumberdaya Batubara Indonesia (KESDM, 2018)
Gambar 2. Sumberdaya Batubara Indonesia (KESDM, 2018)

Tahun 2018, realisasi penggunaan batubara sebagai bauran energi primer tercatat sebesar 32,97%, hanya kalah dari minyak bumi yaitu sebesar 38,81% (Gambar 3). Adapun berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), target bauran energi nasional untuk batubara pada tahun 2025 ditekan menjadi 30% kemudian di tahun 2050 menjadi 25%. Hal ini demi memberikan ruang lebih untuk pemanfaatan gas bumi dan energi baru terbarukan.

Realisasi 2018 & target bauran energi primer RUEN (KESDM, 2019)
Gambar 3. Realisasi 2018 & target bauran energi primer RUEN (KESDM, 2019)

Pemanfaatan Batubara Domestik

Berdasarkan data dari Kementerian ESDM (2019), produksi dan pemanfaatan batubara dalam negeri terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (Gambar 4). Realisasi produksi dalam negeri di tahun tersebut adalah sebesar 610 juta ton yang mana melebihi target yang dicanangkan yaitu 489 juta ton dan melebihi produksi tahun 2018 yaitu 557 juta ton dengan tingkat peningkatan 9,5%. Adapun pemanfaatannya meningkat 20% dari 115 juta ton di tahun 2018 menjadi 138 juta ton dan melebihi target yang dicanangkan yaitu 128 juta ton.

Batubara di dalam negeri dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar pembangkit listrik, sedangkan sisanya digunakan sebagai bahan bakar pada industri. Berdasarkan kajian BPPT (2019), batubara yang digunakan untuk pembangkit listrik akan meningkat kebutuhannya dengan pertumbuhan rata-rata 5,9% per tahun dari 83 juta ton pada 2017 menjadi 550 juta ton pada 2050. Adapun batubara yang digunakan untuk industri juga akan meningkat kebutuhannya dengan pertumbuhan 4,7% per tahun dari 14 juta ton pada 2017 menjadi 64 juta ton pada 2050.

Baca juga: Kondisi Ketenagalistrikan Indonesia dan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2019-2038  

Produksi dan pemanfaatan batubara domestik (KESDM, 2019)
Gambar 4. Produksi dan pemanfaatan batubara domestik (KESDM, 2019)

Pemerintah berupaya mengamankan pasokan dan meningkatkan pemanfaatan batubara dalam negeri sesuai dengan skema RUEN, sehingga akan membatasi produksi batubara pada jumlah 400 juta ton/tahun dan menurunkan ekspor. Pada tahun 2050, ekspor batubara akan menjadi 44 juta ton/tahun atau turun dari 170 juta ton pada  tahun 2018. Perbandingan ekspor terhadap produksi batubara juga diproyeksikan mengalami penurunan dari 64% pada tahun 2018 menjadi 18% pada tahun 2050.

Penulis: Riko Susetia Yuda